Blog ini masih dalam tahap pengembangan. Beri Masukkan!

Lulus Tanpa Skripsi, Mahasiswa Merdeka dari Kutukan Revisi

Lulus Tanpa Skripsi, Mahasiswa Merdeka dari Kutukan Revisi

OPINIPENDIDIKAN - Mahasiswa, posisi dimana harus bisa berekspresi dan menuangkan pemikiran serta dituntut untuk kritis terhadap peristiwa yang terjadi. Kesempatan untuk menjadi seorang mahasiswa sangatlah luas, asalkan mampu untuk membiayainya. Tapi dalam tulisan ini tidak akan membahas detail mengenai mahasiswa, tapi syarat lulus untuk mahasiswa adalah dengan menyelesaikan karya tulis ilmiah yang disebut skripsi.

Skripsi, sebuah tumpukan lembaran yang berisi gagasan serta pemikiran yang dihasilkan dari penelitian-penelitian. Skripsi menjadi syarat utama bagi mahasiswa untuk bisa menggandeng gelar sarjana, teori dan pemikiran disatukan menjadi satu kesatuan dalam lembaran kertas yang ujungnya jadi pengisi rak buku di perpustakaan.

Pada kenyataannya dengan adanya syarat lulusan mahasiswa dengan skripsi itu banyak yang merasa terbebani, apalagi dengan ketidak relevannya skripsi dengan keadaan zaman sekarang. Toh, skripsi juga tidak menjamin lulus menjadi sarjana bisa jadi orang sukses, tetap keterampilan dan skill yang dibutuhkan dalam dunia kerja.

Belakangan ini, Mendikbudristek Nadiem Makarim mengumumkan aturan baru terkait kebijakan skripsi untuk mahasiswa S1 dan D4 perguruan tinggi. Kebijakan baru ini dapat diterapkan untuk syarat kelulusan mahasiswa di perguruan tinggi.

Namun, masih banyak kesalahpahaman mengenai aturan baru Nadiem Makarim mengenai skripsi. Ada yang memahami bahwa skripsi ditiadakan, padahal maksud Nadiem Makarim adalah bukan dihilangkan tapi tidak diwajibkan dan menjadi opsional. Hal ini karena Nadiem Makarim ingin memberikan kebebasan bagi setiap Perguruan Tinggi untuk bisa menentukan syarat kelulusan mahasiswanya.

Dalam kutipannya, "Tugas akhir bisa berbentuk macam-macam. Bisa berbentuk prototype, bisa berbentuk proyek, bisa berbentuk lainnya. Tidak hanya skripsi, tesis atau disertasi," kata Nadiem Makarim.

Sehingga memang relevansi sangat dipertimbangkan, supaya kompetensi mahasiswa itu bisa stabil sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Ada beberapa keuntungan jika syarat kelulusan bisa dalam berbentuk selain skripsi, pertama mahasiswa punya pilihan untuk mengambil uji kompetensinya melalui apa, tak hanya skripsi karena pada dasarnya keterampilan sesuai dengan prodinya itu perlu diperhatikan.

Walaupun Ngambil Skripsi, Toh Ada Teknologi yang Siap Bantu Kita

Saat ini, skripsi tidak lagi menakutkan bagi mahasiswa. Teknologi komunikasi telah mengubah cara kita menulis skripsi, membuatnya lebih mudah dan efisien. Dengan komputer, ide bisa dicatat dengan cepat dan diperbaiki dengan mudah. Jutaan data juga mudah diakses dengan kuota internet, memungkinkan perubahan dan penambahan ide dengan mudah. Ini mempercepat penyelesaian skripsi.

Selain itu, hadirnya ChatGPT telah memberikan kemudahan tambahan. ChatGPT dapat membantu dalam segala hal, bahkan mengubah pemikiran menjadi karya ilmiah yang luar biasa. Dengan akses ke data yang melimpah, ChatGPT memberikan jawaban ilmiah yang sebelumnya sulit diakses. Semua ini membuat kehidupan sebagai mahasiswa tampak lebih mudah, bahkan tanpa skripsi. Namun, apakah lulus tanpa skripsi membuat mahasiswa lebih unggul dan kompeten adalah pertanyaan yang perlu dipertimbangkan lebih lanjut.***

Post a Comment