Blog ini masih dalam tahap pengembangan. Beri Masukkan!

Artikel Ilmiah Pendidikan Sebagai Ilmu dan Seni - Penoelis

image_title_here
Pendidikan Sebagai Ilmu dan Seni

 MENINGKATKAN PENDIDIKAN DENGAN METODE PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU DAN SENI

Nur Aziz, Khidayat Muslim, Diah Nurlatipah
Manajemen Pendidikan Islam, Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Nahdatul ‘Ulama Al-Farabi
khidayatkuslim@stitnualfarabi.ac.id, nuraziz@stitnualfarabi.ac.id, diahnurlatipah@stitnualfarabi.ac.id


Abstrak

Pendidikan menjadi hal umum yang dijalankan oleh semua orang. Di Indonesia mewajibkan anak untuk menjalani pendidikan minimal 12 tahun, hal ini bertujuan untuk meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Praktek pendidikan yang ada di Indonesia tergolong minim, peningkatan kualitas tenaga pendidik perlu ditingkatkan. Tenaga pendidik perlu memahami praktek pendidikan dan implementasi pendidikan sebagai ilmu maupun seni, landasan pendidikan menjadi penguat dalam meningkatkan sumber daya tenaga pendidik. Hal ini didasari agar semua pendidik bisa memahami masalah peserta didik, informasi yang disampaikan juga bisa terserap dengan baik.

Keywords: Pendidikan, Ilmu, Seni, Pendidikan Ilmu, Pendidikan Seni 

PENDAHULUAN

Praktek pendidikan pada dasarnya berlangsung dalam kegiatan/interaksi sosial antara pendidik dan peserta didik yang berlangsung dalam suatu lingkungan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

Dalam proses pembelajaran terkadang guru menggunakan metode penyampaian yang begitu-begitu saja. Hal ini membuat peserta didik merasa bosan karena tidak adanya pembaharuan metode yang dilakukan. Pada dasarnya praktek pendidikan itu tidak hanya memerlukan ilmu tetapi juga merupakan suatu seni yang harus dikuasai oleh para pendidik/guru.

Pendidikan bisa dipelajari karena studi-studi ilmiah telah menghasilkan ilmu pendidikan. Ilmu pendidikan berfungsi sebagai landasan dan prosedur tentang cara-cara menyelenggarakan pendidikan. Ilmu pendidikan yang telah dipelajari harus bisa mengaplikasikannya dengan cara praktek pendidikan, tetapi harus dibarengi dengan seni.

Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi setiap manusia karena pada dasarnya hadirnya manusia di dunia ini tidak dibekali dengan apapun, tidak berdaya, dan tidak dapat berdiri secara personal. Manusia disaat lahir perlu adanya bimbingan dari orang tua. Maka dari itu pendidikan merupakan sebuah proses bimbingan mutlak yang diperlukan manusia.

Sebagai makhluk yang secara kodrati dianugerahi akal pikiran, manusia merupakan sosok makhluk yang memiliki kesadaran dan rasa ingin tahu tentang segala sesuatu yang dihadapi dan dialami dalam kehidupannya. Berbagai upaya yang dilakukan oleh manusia untuk memenuhi hasrat keingin tahuannya. Baik itu segala sesuatu yang berkaitan dengan dirinya, tujuan kehidupannya, dari mana ia berasal, dan ia juga ingin mengetahui banyak hal tentang lingkungan hidupnya, dan bagaimana mengimplementasikannya.

Maka dari itu, untuk menghasilkan output belajar yang baik maka seorang pendidik/guru harus memiliki ilmu pendidikan yang dikaitkan dengan seni. Agar saat melakukan proses belajar mengajar mampu mengaplikasikan teori belajar di dalam kelas.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang ataupun kelompok dalam upaya mendewasakan manusia melalui sebuah pengajaran maupun pelatihan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. 

Pengertian sederhana dan umum pendidikan mempunyai makna sebagai upaya manusia dalam  mewujudkan dan mengembangkan potensi baik secara jasmani maupun rohani sesuai dengan niai dan budaya yang ada di masyarakat.

Al-Qur’an berkali-kali menjelaskan pentingnya pengetahuan. Tanpa pengetahuan, niscaya kehidupan manusia akan menjadi sengsara. Al-Qur’an memperingatkan manusia agar mencari ilmu pengetahuan sebagaimana firman Allah dalam QS at-Taubah (9): 122 disebutkan:

۞ وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَاۤفَّةًۗ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَاۤىِٕفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوْا فِى الدِّيْنِ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ اِذَا رَجَعُوْٓا اِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُوْنَ

Terjemahan:

“Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya” .

Adapun definisi pendidikan menurut para ahli dan pandangan lainnya sebagai berikut:

1. Langeveld

Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, dan sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa.

2. John Dewey

Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fu

fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.

3. J.J. Rousseau

Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.

4. Carter V.Good

a. Pedagogy is the art, practice, or profession of teaching.

b. The systematized learning or instruction concerning principles and methods of teaching and of student control and guidance; largely replaced by the term education.

Pendidikan adalah:

a. Seni, praktik, atau profesi pengajar.

b. Ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip dan metode-metode mengajar, pengawasan dan bimbingan murid; dalam arti luas digantikan dengan istilah pendidikan.

5. Ki Hajar Dewantara

Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

6. Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.

7. Menurut UU No. 20 tahun 2003

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

B. Studi dan Praktek Pendidikan

Dalam pendidikan ada dua sudut pandang yang perlu dipahami, pertama dilihat dari sudut praktik yang sering disebut praktik pendidikan, dan yang kedua yaitu sudut studi yang sering dikenali dengan studi pendidikan. Praktek pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang atau lembaga dalam membantu individu atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan. Kegiatan bantuan dalam praktek pendidikan dapat berupa pengelolaan pendidikan (makro maupun mikro), dan dapat berupa kegiatan pendidikan (bimbingan, pengajaran dan atau latihan). Sedangkan Studi pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang dalam rangka memahami pendidikan-pendidikan. 

Apabila kita mempelajari gejala pendidikan dalam skala mikro, bahwa praktek pendidikan pada dasarnya berlangsung dalam kegiatan/interaksi sosial antara pendidik dan peserta didik yang berlangsung dalam suatu lingkungan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.Adapun untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, pendidik tentu saja memilih isi pendidikan dan menggunakan alat dan cara-cara/metode pendidikan tertentu. Dengan demikian kita dapat mengidentifikasi unsur-unsur yang terlibat dalam praktek pendidikan,yaitu: (1) tujuan pendidikan, (2) pendidik, (3) peserta didik, (4) isi/kurikulum pendidikan, (5) alat dan cara-cara/metode pendidikan, (6) lingkungan pendidikan.

“Objek” (sasaran) dalam praktek pendidikan yaitu peserta didik yang pada hakikatnya adalah manusia.Manusia mempunyai kedudukan dan nilai tersendiri apabila dibandingkan dengan benda-benda, tumbuhan, maupun hewan. Di samping itu, tujuan pendidikan juga sarat dengan nilai. Sebab itu, isi pendidikan dan alat atau cara-cara pendidikan pun hendaknya dipilih atas pertimbangan nilai-nilai kemanusiaan yang melekat pada peserta didik sebagai objeknya maupun yang melekat pada tujuan pendidikannya.

C. Pendidikan Sebagai Ilmu

Fenomena pendidikan dapat dipelajari melalui metode ilmiah dan telah menghasilkan ilmu pendidikan. Adapun ilmu pendidikan tersebut dapat dijadikan dasar dan petunjuk dalam rangka praktek pendidikan. Dengan dasar ilmu pendidikan para pendidik dapat menyusun desain pembelajaran, yang memuat tujuan, isi, metode, dan teknik mengajar serta evaluasinya. Atas dasar desain pembelajaran itulah para guru melaksanakan praktek pendidikan. Dengan demikian dapatlah dipahami makna dari pernyataan pendidikan sebagai suatu ilmu, yaitu bahwa praktek pendidikan tersebut tiada lain adalah aplikasi dari ilmu pendidikan. Implikasinya bahwa untuk menjadi guru atau untuk menjadi pendidik, siapapun untuk mempelajarinya melalui ilmu pendidikan.

Menurut M.J Langeveld (1955), paedagogiek (ilmu mendidik atau ilmu pendidikan) adalah suatu ilmu yang bukan saja menelaah obyeknya untuk mengetahui betapa keadaan atau hakiki objek itu, melainkan mempelajari pula betapa hendaknya bertindak.

Menurut S. Brodjonegoro (1966: 35), ilmu pendidikan atau paedagogiek adalah teori pendidikan, perenungan tentang pendidikan. Dalam arti luas paedagogiek adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari soal – soal yang timbul dalam praktek pendidikan.

Menurut Cater V. Good (1945: 36), ilmu pendidikan adalah suatu bangunan pengetahuan yang sistematis mengenai aspek – aspek kuantitatif dan objektif dan proses belajar, menggunakan instrumen secara seksama dalam mengajukan hipotesis-hipotesis pendidikan untuk diuji dan pengalaman, seringkali dalam bentuk eksperimental.

Menurut Driyarkara (1980: 66 – 67), ilmu pendidikan adalah pemikiran ilmiah, pemikiran yang bersifat kritis, metodis dan sistematis) tentang realitas yang kita sebut pendidikan (mendidik dan matis) tentang realitas yang kita sebut pendidikan (mendidik dan dididik).

Kritis adalah orang yang mempunyai asumsi tidak menerima saja apa yang ada dibenak pikirannya. Tetapi pada dasarnya semua afirmasi maupun pernyataan harus memiliki dasar yang kuat. Orang bersikap kritis juga mempunyai prinsip yang ingin mengerti betul (tidak hanya membeo). Metodis adalah dalam proses berpikir dan memeriksa suatu hal menggunakan suatu metode tertentu. Sedangkan sistematis berarti seorang pemikir ilmiah dimana dalam prosesnya dijiwai oleh ide dan imajinasi secara menyeluruh sehingga berupa pikiran-pikiran maupun pendapat bisa bersatu. 

Definisi di atas merupakan definisi yang diutarakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa:

a. Ilmu pendidikan adalah ilmu yang menelaah fenomena pendidikan dan semua fenomena yang ada hubungannya dengan pendidikan dalam perpektif yang luas dan integratif.

b. b. Fenomena pendidikan dan semua fenomena yang ada hubungannya dengan pendidikan ini bukan hanya merupakan gejala yang melekat pada manusia (gejala yang universal), dalam perspektif yang luas, melainkan juga sekaligus merupakan upaya untuk memanusiakan manusia agar menjadi sebenar – benarnya manusia (insan), yang hal ini secara integratif diperlukan penggunaan berbagai kajian tentang pendidikan (kajian historis, filosofis, psikologis dan sosiologis tentang pendidikan).

c. c. Upaya pendidikan mencakup keseluruhan aktivitas pendidikan (mendidik dan dididik) dan pemikiran yang sistematik tentang pendidikan. 

Implementasi praktek pendidikan di sekolah dasar harus disertai ilmu, karena tanpa ilmu maka praktek pendidikan di sekolah dasar tidak akan terwujud. Karena siswa tidak akan mampu menerima praktek pendidikan yang tanpa ilmu. Ketika praktek pendidikan tanpa ilmu, anak didik tidak akan mampu menyerap dan menerima pelajaran.

1. Persyaratan Pendidikan Sebagai Ilmu

Ilmu adalah suatu pengetahuan yang disusun secara kritis, metodis dan sistematis yang berasal dari observasi, studi dan eksperimentasi untuk menentukan hakikat dan prinsip – prinsip apa yang dipelajari (Dwi Siswoyo,2015:60). Ruang lingkup studi dapat tampil sebagai suatu disiplin ilmu, ada tiga syarat yang harus dipenuhi yaitu:

a. Memiliki objek studi (objek material dan objek formal)

Objek material yang dimaksud adalah perilaku manusia. Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat, maka perilaku itu dapat dilihat dari perspektif yang lain. Seperti psikologis, sosiologis, antropologis. Sedangkan objek formalnya adalah menelaah fenomena pendidikan maupun fenomena yang saling berhubungan dengan pendidikan dalam perspektif yang luas dan integratif. Maka yang membedakan antara suatu ilmu dengan ilmu lainnya adalah objeknya. 

b. Memiliki Sistematika

Secara teoritis, sistematika dalam ilmu pendidikan dapat ditinjau dari 3 sudut pandang, yaitu: Melihat pendidikan sebagai gejala manusiawi, dengan melihat pendidikan sebagai upaya sadar, sekaligus upaya sadar dengan mengantisipasi perkembangan sosial – budaya di masa depan.

1) Pendidikan sebagai gejala manusiawi, dapat dianalisis yaitu adanya komponen pendidikan yang saling berinteraksi dalam suatu rangkaian keseluruhan untuk mencapai tujuan. Komponen pendidikan itu adalah :

a). Tujuan pendidikan, 

b). Peserta didik,

c). Pendidik,

d). Isi pendidikan,

e). Metode pendidikan,

f). Alat pendidikan,

g). Lingkungan pendidikan.

2) Pendidikan sebagai upaya sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia. Menurut Noeng Muhadjir sistematika ini bertolak dari fungsi pendidikan, yaitu :

a). Menumbuhkan kreativitas peserta didik,

b).  Menjaga lestarinya nilai insani dan nilai ilahi,

c). Menyiapkan tenaga produktif.

3)   Pendidikan sebagai gejala manusiawi. Menurut Mochtar Buchori ilmu pendidikan mempunyai 3 dimensi :

a). Dimensi lingkungan pendidikan,

b). Dimensi jenis-jenis persoalan pendidikan,

c). Dimensi waktu dan ruang.

c. Memiliki Metode

Metode yang dipakai dalam Ilmu Pendidikan (Sudomo, 1990)

1) Metode Normatif, berkenaan dengan konsep manusia yang ideal & masalah  nilai baik & buruk

2) Metode Eksplanatori, berkenaan dengan kondisi & kekuatan yang membuat  suatu proses pendidikan berhasil

3) Metode Teknologis, mengungkap bagaimana melakukan dalam rangka menuju keberhasilan

4) Metode Deskriptif-Fenomenologis, menguraikan kenyataan pendidikan, kemudian mengklasifikasi

5) Metode Hermeneutis, memahami kenyataan pendidikan yang konkrit & historis

6) Metode Analisis Kritis (filosofis)

D. Pendidikan Sebagai Seni

Pendidikan antara lain dapat dipelajari melalui ilmu pendidikan, namun demikian pendidikan (praktek pendidikan atau mendidik) juga adalah seni. Alasannya bahwa praktek pendidikan melibatkan perasaan dan nilai yang sebenarnya diluar daerah Impilan jeniulmu (ilmu yang berparadigma posotivisme). Sehubungan dengan itu, Gilbert Highet (1954) mengibaratkan praktek pendidikan sebagaimana orang melukis sesuatu, mengarang lagu, menata sebuah taman bunga, atau menulis surat untuk sahabat. Sedangkan menurut Galagher (1970) seni mendidik itu merupakan: (1) keterampilan jenius yang hanya dimiliki oleh beberapa orang; dan (2) mereka tidak dapat menjelaskan secara sistematis bagaimana cara mereka mempraktekan keterampilan itu .

Praktek keterampilan diakui sebagai seni, implikasinya fungsi mendidik yang utama adalah menghasilkan suatu karya yang utuh, unik, sejati (bukan berpura-pura, atau dibuat-buat, anak tidak boleh dikorbankan sebagai kelinci percobaan), dan tiap pihak memperoleh manfaat. Selain itu, pendidik harus kreatif, skenario atau persiapan mengajar hanya dijadikan rambu-rambu saja, yang lebih penting adalah improvisasi. Pendidik harus memperhatikan minat, perhatian, dan hasrat anak didik.

Pengakuan pendidikan sebagai seni, tidak harus menggoyahkan pengakuan bahwa pendidikan dapat dipelajari secara ilmiah. Idealnya, pendidikan adalah aplikasi ilmu (ilmu pendidikan) tetapi sekaligus pula adalah seni.

Sementara itu menurut Carter V. Good dalam Ahmadi (2014: 32-33), pendidikan diartikan sebagai (a) seni, praktik, atau profesi sebagai pengajar (pengajaran), dan (b) ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dan metode-metode mengajar, pengawasan, dan bimbingan murid; dalam arti luas digantikan dengan istilah pendidikan. Selanjutnya, Carter menyatakan bahwa pendidikan adalah (a) proses perkembangan pribadi, (b) social process, (c) professional cource, dan (d) seni untuk membuat dan memahami ilmu pengetahuan yang tersusun dan diwarisi/dikembangkan masa lampau oleh tiap generasi bangsa. 

Pendidikan sebagai seni artinya pendidikan harus berlangsung sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan masing-masing individu (peserta didik). Sementara individu yang satu dengan yang lain memiliki karakteristik yang berbeda. Di sinilah seorang pendidik harus mampu menghadapi setiap peserta didik dengan cara-cara tertentu sehingga seluruh peserta didik dapat belajar secara efektif. Pendidikan sebagai praktik dimaksudkan untuk mengukur kemampuan dan mengembangkan potensi peserta didik masing-masing serta mengantarkannya menjadi mandiri. Oleh karena itu, proses pendidikan (pembelajaran) hendaknya melibatkan peserta didik secara aktif karena pada dasarnya mereka yang belajar. Sementara keberadaan guru lebih berperan sebagai pemberi kemudahan (fasilitator). Dalam hal ini, penerapan metode praktik dalam proses pendidikan menjadi sangat penting. 

E. Pendidikan Sebagai Paduan Ilmu dan Seni

Pendidikan merupakan sebuah instrumen untuk meningkatkan parameter kesejahteraan. Karena pada hakikatnya pendidikan bertujuan atau memiliki substansi serta tendensi untuk mendidik, mengajar dan melatih serta mentransformasikan nilai-nilai sesuai dengan idiologi atau kepercayaan masing-masing. Korelasi terkait pendidikan sebagai ilmu dan seni itu karena sifat dari pendidikan tersebut relatif. 

Karena kerelatifan tersebut yang kemudian membuat pendidikan itu membutuhkan sebuah ilmu agar mencapai sebuah parameter atau standar dari sebuah tujuan tersebut dan perlu menggunakan pendekatan berbeda dengan sedikit sentuhan seni dalam melakukan transformasi. Karena seni dapat membantu proses adopsi dalam pendidikan untuk memudahkan proses adaptasi dari berbagai macam metodologi pendidikan itu sendiri. Persyaratan pendidikan sebagai ilmu didalamnya terdapat objek maupun subjek dalam mentransformasikan nilai-nilai dari pendidikan itu sendiri, yang didalamnya terdapat objek salah satunya adalah objek melibatkan objek material dan objek formal dengan pendekatan sistematik seperti menggunakan point of view seperti menggunakan perspektif gejala manusia dengan melibatkan atau riset tentang relevansi kondisi sosial dan budaya di masa yang akan datang. 

Dalam proses pembelajaran di sekolah dasar, praktek pendidikan merupakan suatu paduan dari ilmu dan seni. Karena dalam praktek pendidikan tersebut seorang guru selain memiliki ilmu juga harus memiliki kreatifitas atau seni. Di sekolah dasar, ketika dalam proses pembelajaran seorang guru hanya mengandalkan ilmu tanpa menggunakan kreativitasnya dalam mengajar maka tidak dapat dipungkiri para siswa yang masih dalam usia bermain akan merasa jenuh. Seorang guru di sekolah dasar, sebaiknya menggunakan beberapa kreatifitas dalam mengajar. Misalnya dengan cara menyisipkan permainan atau nyanyian dalam proses praktek pendidikan. Karena dengan cara seperti itu anak sekolah dasar yang masih tergolong usia bermain akan lebih merasa nyaman ketika mereka melakukan proses pembelajaran dan mereka akan lebih mudah menerima pelajaran tersebut. 

KESIMPULAN

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Pendidikan merupakan suatu ilmu, karena memenuhi syarat sebagai ilmu, di samping juga memenuhi persyaratan ontologis, epistemologi dan aksiologi tertentu. Ilmu pendidikan merupakan ilmu yang membicarakan masalah-masalah umum pendidikan secara menyeluruh dan abstrak. 

Mendidik sebagai ilmu, karena isi pendidikan meliputi landasan keilmuan, ilmu bersifat teoritis dan praktis. Sedangkan pendidikan sebagai seni karena meliputi perasaan serta hasil proses pendidikan merupakan sebuah karya yang memiliki nilai. Mendidik sebagai ilmu, karena isi pendidikan meliputi landasan keilmuan, ilmu bersifat teoritis dan praktis. Sedangkan pendidikan sebagai seni karena meliputi perasaan serta hasil proses pendidikan merupakan sebuah karya yang memiliki nilai.

DAFTAR PUSTAKA

Alquran Karim

Abd Rahman, B P, Sabhayati Asri Munandar, Andi Fitriani, Yuyun Karlina, and Yumriani Yumriani, ‘PENGERTIAN PENDIDIKAN, ILMU PENDIDIKAN DAN UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN’, AL-URWATUL WUTSQA: Kajian Pendidikan Islam, 2.1 (2022), 1–8

Purwananti, Yepi Sedya, ‘Peningkatan Kualitas Pendidikan Sebagai Pencetak Sumber Daya Manusia Handal’, in Proceedings International Seminar FoE (Faculty of Education), 2016

Rinita, Rosalinda, ‘Pendidikan Sebagai Ilmu Dan Seni’, Website, 2019 <https://bit.ly/3fIyW8Y> [accessed 9 October 2022]

Septy Indriyani, ‘MAKALAH PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU’, 1–3 <https://bit.ly/3RJgYAx>

Sulipan, ‘Pengertian Dan Jenis Landasan Pendidikan’, WordPress, 2009 <https://bit.ly/2HUWL9g> [accessed 3 October 2022]

Post a Comment