Blog ini masih dalam tahap pengembangan. Beri Masukkan!

Sebutir Nasi, Setetes Peluh

Foto Erni, Sedang Panen Padi

 “Panen padi kemarin itu sangat seru sekali!! Ini pertama kalinya saya lihat tanaman padi dan daunnya, kaki saya pun baru pertama kali menginjakkan kaki di lumpur sawah. Seru sekali, tak henti-henti saya tertawa bersama teman-teman. Kalau di tempat saya jauh sekali sama sawah, ” terang Erni.

Erni Hubertina Burwos adalah nama lengkapnya. Salah satu gadis Papua Barat yang bersekolah di Kelas Multikultural SMK Bakti Karya Parigi. Melalui kelas Ekologi, Erni dan juga siswa kelas X lainnya diperkenalkan proses penanaman padi dari awal, hingga menguning dan siap dipanen.

Panen di penghujung bulan Januari itu dilakukan di sawah milik Bapak Dayat, pembimbing asrama ekologi.  Sawah yang terletak di Blok Jamanis Parigi ini agak jauh dari lokasi sekolah, sehingga Erni bersama para siswa berangkat ke sawah menggunakan mobil.

Bagi Erni, panen ini adalah pengalaman pertama kalinya ia melihat sawah, juga pertama kalinya mengikuti proses pengelolaan padi. Dimulai dari menancapkan satu benih padi atau yang dinamakan tandur, hingga padi siap untuk dipanen. Erni mengatakan bahwa di tempatnya tidak ada sawah. Beras yang ia nikmati setiap hari berasal dari Oransbari Manokwari Selatan, atau dikirim dari luar Papua Barat. Membelinya pun tidak bisa eceran, karena ada jatah per kepala keluarga seberat 50 kg setiap bulannya dengan harga Rp15.000,00. per kilogram.

Selain itu, mayoritas pekerjaan yang digeluti warga di tempat tinggalnya adalah sebagai petani kebun, nelayan, pemburu, guru, suster, dan sebagian kecil sebagai pegawai kantoran. Penghasilan utama warganya didapat dari menjual sayur-sayuran hasil berkebun, daging babi hasil buruan, dan tangkapan ikan.

“Ini sa pertama kali mengikuti proses menanam padi, toh. Dari awal menanam hingga panen, sa kira cara menanam padi itu cuman ditabur dan dibiarkan begitu saja hingga padi tumbuh berbuah, dan ternyata tidak. Ini semua saya rasakan prosesnya panjang banget, dimulai dari menanam, penyiangan (ngarambet) hingga proses memanennya,” ujarnya.

Kini ia sadari bahwa menanam padi itu tidaklah mudah dan bukan hal yang singkat. Ada proses panjang yang harus ia lalui hingga benih padi berproses menjadi nasi yang terhidang di meja. Pengorbanan para petani bermandikan peluh saat bekerja di bawah teriknya matahari pun ia rasakan. Erni kini lebih menghargai setiap butir nasi, apalagi nasi yang disajikan di asrama SMK Bakti Karya Parigi adalah hasil kerja keras dirinya dan kawan-kawan. Ada peluh mereka di situ.

Ketahanan pangan mandiri termasuk di dalamnya mengelola padi dan sayur-mayur selalu diusahakan di SMK Bakti Karya Parigi. Makanan yang siswa makan adalah dari dan untuk mereka sendiri. Namun untuk memenuhi kebutuhan pangan yang utuh dan penuh gizi tentu saja disokong oleh tangan-tangan baik yang peduli pada pendidikan multikultural ini. Bukankah makanan juga penentu masa depan bangsa?! Jika makanannya bergizi baik, artinya kita sedang mengupayakan mewujudkan generasi penerus bangsa yang cerdas dan sehat. “you are what you eat”

Oleh karena itu, Erni dan seluruh elemen SMK Bakti Karya Parigi mengajak siapapun untuk turut berkontribusi mengupayakan generasi bangsa yang sehat dan cerdas dengan berdonasi melalui https://kitabisa.com/campaign/siswamultikultural untuk menyajikan makanan yang sehat bergizi.

Gotong royong kebaikan ini untuk pendidikan anak-anak Indonesia. Ayo Bergabung!


Penulis : Nur Aziz, Editor : Indah Riadiani

Post a Comment